Feeds:
Posts
Comments

Belanda selalu memandang diri sebagai negeri yang kalem dan cinta damai, dan seringkali merasa menjadi korban kekerasan brutal negeri-negeri  yang lebih adidaya, Jerman terutama. Namun sejarah mencatat, bagi bangsa-bangsa di kawasan Asia, Belanda adalah negeri adidaya. Di tahun 1900 Belanda adalah negeri adidaya ketiga setelah Inggris dan Perancis. Di kawasan ini Belanda juga bertingkah sebagaimana jamaknya negeri adidaya: penuh kekerasan dan haus kekuasaan.

 

Di tahun 1904, polisi militer Belanda di bawah pimpinan Letkol Van Daalen meluncurkan ekspedisi berdarah di daerah  Gayo dan Alas, kawasan yang dianggap memberontak di Aceh, Sumatera. Lebih dari tiga ribu penduduk setempat dihabisi, termasuk perempuan dan anak-anak. Duapuluh persen penduduk daerah Alas dibantai. Pertempuran berjalan tak imbang: pasukan Belanda dengan senapan otomatis, rakyat Aceh dengan pemuras atau terakul (senjata api rakitan yang hanya meletus sekali lalu harus diisi lagi, rh.), air cabe, pentung dan batu.

Continue Reading »

Lantaran telah dua kali saya melewati Hari Ratu atau Koninginnendag (KD) sebab bertepatan dengan saat saya berada di negeri lain dan di tanah air, maka tahun ini saya bertekad turun ke jalan, bergabung dengan kemeriahan warga Belanda, merayakan festival terbesar di negeri kincir angin ini.

Sependek yang saya tahu, orang Belanda tak terlalu fanatik dengan segala gelar kebangsawaan, sistem monarki, atau segala atribut kerajaan. Mereka pemuja kesetaraan, tapi anehnya mereka benar-benar penggemar Hari Ratu atau KD ini. Di 30 April, ulang tahun Ratu Belanda dirayakan secara besar-besaran di seluruh pelosok negeri. Continue Reading »

NS train on Dutch Rail Road oleh Gert van Duinen.

Kereta tiba-tiba berhenti di Alphen Aan De Rijn, stasiun sebelum stasiun tujuan saya. Lalu ada pengumuman bahwa penumpang harus turun sebab kereta tak akan berlanjut ke stasiun destinasi. Saya pikir kerusakan pada rel, salju yang menumpuk (tapi di luar hari tengah tak bersalju), atau masalah teknis lainnya menjadi biangnya. Di samping saya, seorang penumpang menggeliat bangun dari tidurnya saat pengumuman berkumandang.

Kepada kondektur yang kebetulan lewat saya bertanya. Jawabannya membuat saya tercekat. Kereta berhenti sebab ada kecelakaan. Seseorang memilih melompat ke rel kereta yang tengah melaju kencang , katanya, seraya sibuk dengan PDA di tangannya.

Saya membayangkan potongan-potongan tubuh berai di sekitar rel. Dan meski si kondektur tak berkata demikian, saya mafhum ia tengah bicara tentang bunuh diri.
Continue Reading »

koningspleinx1

Herenweg (jalan Sultan Hasanuddin), Hooge Pad (Jalan Ahmad Yani) dan Kampongweg. (Foto: repro kartu pos dalam INDONESIË. 500 OUDE PRENTBRIEFKAARTEN, Leo Aks & Steven Wachlin, 288 pp.; 500 postcards illus., list of publishers, map, biblio.. Text: Dutch. Rijswijk, 2004. Pbk.)

HINDIA BELANDA DI AWAL ABAD KE-20. Gubernur Jenderal Hindia Belanda Alexander W.F. Idenburg yang berkedudukan di Batavia, kala itu sadar betul bahwa pemberlakuan Undang-undang Desentralisasi pada tahun 1903, yang memberi wewenang penuh pada daerah koloni Hindia Belanda, bisa berakibat buruk. Undang-undang yang memberi keleluasaan bagi tiap daerah pendudukan untuk mengatur pemerintah sendiri itu, berpotensi menghancurkan kota-kota di negeri jajahan Belanda, jika segalanya lepas kendali.

Maka Undang-undang Desentralisasi itu dibuat sedemikian rupa agar kepentingan Kerajaan Belanda benar-benar terjamin, dengan jalan membentuk Dewan Kota (Gemeenteraad) sebagai penentu kebijakan pembangunan. Makassar, kota terpandang di wilayah timur Hindia Belanda, juga resmi menjadi gemeente. Demi memastikan kepentingan Kerajaan Belanda, susunan Dewan Kota dibuat sedemikian rupa dengan komposisi: 8 orang Belanda, 3 pribumi dan 2 timur asing, diketuai oleh Kepala Pemerintahan Daerah Afdeling Makassar (yang tentu saja juga orang Belanda). Seolah masih sangsi dengan 8 orang Belanda dalam dewan, di tahun 1908 jumlah orang Belanda dalam Dewan Kota bertambah 2 orang lagi. Tahun 1916, walikota pertama gemeente Makassar menduduki tahta jabatannya.

Seiring dengan kian ramainya orang-orang Belanda berdatangan ke bandar yang mulai tumbuh pesat ini, saat itu pula mulai berkembang segala kebiasaan bangsa Eropa di kota Makassar. Budaya Eropa beroleh lahan baru untuk tumbuh. Segala sarana dan prasarana dibangun untuk kepentingan politik, ekonomi dan budaya negeri Belanda di negeri jajahan. Dan Koningsplein, alun-alun kota yang kini bernama Karebosi, turut menjadi saksi perubahan bandar Makassar kala itu. Koningsplein antara lain menjadi saksi dibangunnya wilayah pemukiman, perkantoran, gedung-gedung pertunjukan, taman-taman, menuruti adat kebiasaan bangsa Belanda, seperti yang disajikan dalam tulisan ini.

Continue Reading »

Lokasi : Scheltema

Waktu : Sore hari,  masih dalam rentang Pekan Buku Anak-anak

Suasana Hati : Cerah, tanpa awan sedikit pun!

DSC05893Sebab saya tengah berada di Scheltema. Seperti biasanya berada di toko buku bagi saya ibarat berada dalam surga versi kaum Borgesian kapitalis (dengan mengganti perpustakaan dengan toko buku). Sebab ini Amsterdam, maka Scheltema adalah coffeeshop versi saya, tempat saya bebas melayang, bukan oleh kepul ganja dan hashish, melainkan barisan buku-buku yang membuat saya seperti trance.

Saya tengah mencari jurnal Foreign Affairs saat mata saya memapasi berjilid-jilid buku bersampul putih mengkilat, berjejer di bawah panji buku anak-anak. Di sampulnya terulis besar-besar : Jip en Janneke, Annie MG Schmidt dan Fiep Westendorp.
Saya pernah membaca tentang Annie Schmidt ini.  Perempuan pengarang, penulis lagu, pertunjukan radio dan teve, penulis terbesar Belanda abad kedua puluh.  Ia meraih HC Andersen award (semacam Nobel untuk pengarang buku anak-anak) di tahun 1988. Kopi buku-bukunya yang beredar di Belanda hanya satu peringkat di bawah alkitab membuat ia ditasbihkan sebagai sang ratu di negeri ini. Beatrix seharusnya menyerahkan mahkota dan mantel kerajaan. Schmidt sejajar dengan Astrid Lindgren, bahkan Lindgren pun mengaguminya, ini yang saya dapati saat tengah melayari berbagai artikel tentang kepustakaan Belanda.

Continue Reading »